|
[大马羽球]--#444 恭喜大马夺2007亚青团体赛冠军
[复制链接]
|
|
楼主 |
发表于 14-5-2007 01:38 PM
|
显示全部楼层
哈少是自知之明,还是故找借口?
哈菲兹筹备婚礼放弃参赛 传成有望征战苏迪曼杯
2007-5-13 星洲日报 中羽网
--------------------------------------------------------
(吉隆坡讯)随著国内羽球男单次号高手哈菲兹的婚礼与苏迪曼杯混合团体赛相近,大马羽总把已经退出国家队的老将李传成列入这项团体赛的12人大名单内。
苏迪曼杯混合团体赛订6月10日在苏格兰城市格拉斯哥掀战幔,同时将在17日落幕,而帅哥哈菲兹将在6月3日与交往己久的女友娜查都举行结婚典礼。
由於筹备婚礼期间无法分身备战苏杯,哈菲兹决定放弃这项两年一次的赛会,因而为李传成打开了大门。
5月25日敲定是否上阵
不过,世界排名仅低於李宗伟与哈菲兹、在国内排第三高的李传成最终能否亮相苏迪曼杯,必须等到大马羽总於5月25日决定是否要维持原有人数、还是把12人参赛阵容稍作“瘦身”缩减至10人而定。
2002年在广州举行的汤杯决赛圈,是李传成最后一次身披大马战袍出战的团体赛。目前隶属於吉隆坡球拍俱乐部的李传成,也有机会角逐世界锦标赛。
法鲁兹祖安佩蒂混双抢分
其他入选的包括男单双将李宗伟与黄综翰、女单3姝黄妙珠、黄佩娴与谢丽雅、当红男双古健杰与陈文宏、首席女双黄佩蒂与陈仪慧、法鲁兹祖安与温可微。其中,法鲁兹祖安的入选,相信主要任务是与黄佩蒂在混双比赛中抢分。
大马今年重回苏杯争冠组,同时首次被大会列为第四种子,与冕冠军中国、英格兰、泰国同列A组,进军半决赛的机会浓厚,其中李宗伟、古健杰与陈文宏以及混双被中国媒体视为大马的取分武器。 |
|
|
|
|
|
|
|
发表于 14-5-2007 02:08 PM
|
显示全部楼层
原帖由 lohb9 于 13-5-2007 10:35 PM 发表
可能。哈哈..PJK關成爲世界第一?
拼得不代表会胜 |
|
|
|
|
|
|
|
发表于 14-5-2007 02:37 PM
|
显示全部楼层
只是想问 为什么不是佳宾而已? |
|
|
|
|
|
|
|
发表于 14-5-2007 03:24 PM
|
显示全部楼层
为什么是佳宾呢?
难道就因为他是亚锦赛四强人马? |
|
|
|
|
|
|
|
楼主 |
发表于 14-5-2007 04:05 PM
|
显示全部楼层
原帖由 hihaboy 于 14-5-2007 02:37 PM 发表
只是想问 为什么不是佳宾而已?
传成排名较高的缘故吧。论实力两人也差不远吧。反正宗伟的地位无人可取代 |
|
|
|
|
|
|
|
发表于 15-5-2007 05:57 PM
|
显示全部楼层
|
|
|
|
|
|
|
发表于 15-5-2007 06:21 PM
|
显示全部楼层
原帖由 tinsc 于 14-5-2007 03:24 PM 发表
为什么是佳宾呢?
难道就因为他是亚锦赛四强人马?
决定谁出战了吗??
还没不是吗? |
|
|
|
|
|
|
|
发表于 15-5-2007 06:22 PM
|
显示全部楼层
|
|
|
|
|
|
|
楼主 |
发表于 16-5-2007 12:23 AM
|
显示全部楼层
李媽媽:母親節禮物
(大山腳13日訊)我國首號羽球男單李宗偉勇奪印尼公開賽冠軍,是給媽媽許金來最好的母親節禮物!
宗偉今日在決賽對壘中國的鮑春來,父親李亞財和母親許金水觀賞現場直播,替他打氣。
宗偉輕鬆勝出后,倆人更是樂不可支。
許金來受訪時表示,宗偉這次成功奪冠,是今日母親節的最佳禮物。
她說,球賽結束后,宗偉特地從印尼撥電話回來大山腳向家人報喜,同時也告訴她說:“媽媽,這份榮譽是送給妳的母親節禮物。”
致電報喜
宗偉這麼一說,許女士當場感動到流淚,而宗偉的哥哥李豪穎也在母親旁分享這份喜悅。
本報記者今日下午在大山腳武拉必訪問李宗偉的父母親。
李亞財說,宗偉最近雖然戰績不佳,但是,卻沒有影響他的信心,反而從失敗中再次站起來。
他說,看來宗偉已經找到他自己的球路,並利用現任教練米士本西迪和前任教練鄭炳發所傳授的秘袂打法,克制鮑春來。
他指出,宗偉奪冠后,家人就接獲不少親友們和全國各地支持宗偉的朋友撥電話來祝賀,令他萬分感動。
李亞財和許金來忙著接聽親友的來電。 |
|
|
|
|
|
|
|
楼主 |
发表于 18-5-2007 08:53 AM
|
显示全部楼层
Rexy Mainaky Berharap Anak Sekolah di Malaysia
看来Rexy在球场是个好教练,在家是个好丈夫、好爸爸。祝福他。。。
Asosiasi Bulutangkis Malaysia (BAM) bisa bernapas lega. Harapan untuk mempertahankan Rexy Mainaky di Malaysia direspon positif. Sebab, pria dengan gaya berbicara ceplas-ceplos itu mengaku kerasan tinggal di Kuala Lumpur. Dia pun berharap bisa tinggal selama mungkin di sana.
''Hampir dalam semua hal, semua kehidupan di Malaysia lebih teratur dibandingkan Indonesia. Saya benar-benar merasa nyaman tinggal di sana dan ingin tinggal lebih lama lagi,'' papar Rexy.
Selama di Malaysia, Rexy tinggal di Apartemen Mont Klara, Kuala Lumpur. Di sana dia tinggal bersama istri tercintanya Henny Saijati serta dua buah hati mereka, Gabriel (9), dan Christian (8). Saking kerasannya di Malaysia, ketika ada kesempatan pulang kampung bersamaan Indonesia Open lalu, istri dan kedua anak tetap Rexy berada di Malaysia.
Keputusan tidak membawa pulang keluarganya tersebut karena Gabriel dan Christian harus bersekolah. Mereka sedang menjalani pendidikan sekolah dasar di Garden International School, Kuala Lumpur. Rexy pun berharap anaknya terus belajar di Malaysia dalam jenjang pendidikan yang lebih tinggi nanti.
Keberadaan Rexy yang pernah tinggal di Inggris selama tiga tahun pada 2001-2005 memberikan keuntungan tersendiri pada anak-anaknya dalam dunia pendidikan. Kini mereka sudah mahir berbahasa Inggris yang sebelumnya mereka gunakan pengantar selama tinggal di Negeri Ratu Elizabeth.
''Mereka juga mengerti bahasa Indonesia karena selama di Inggris ketika di rumah saya dan istri berbahasa Indonesia. Kini, anak-anak makin mahir berbahasa Melayu,'' papar Rexy.
Dengan segala kenyamanan yang dirasakan Rexy bersama keluarga di Malaysia, keinginan BAM untuk memperpanjang kontrak yang berakhir akhir bulan nanti sepertinya bukan hal yang sulit. Pria yang jadi idola baru para penggemar bulutangkis Malaysia itu, bertekad untuk tetap tinggal di Malaysia selama keluarganya mau. ''Kalaupun kontrak saya tidak diperpanjangkan, kami akan tetap tinggal di Malaysia jika anak dan istri saya merasa nyaman,'' tuturnya. (ang/indopos.co.id) |
|
|
|
|
|
|
|
楼主 |
发表于 18-5-2007 08:59 AM
|
显示全部楼层
印尼记者对英国选手克拉克的访谈。。。
Empat tahun setengah melatih di Inggris, Rexy meninggalkan kesan mendalam di negara yang disebut sebagai asal bulutangkis tersebut. Berikut petikan wawancara Jawa Pos dengan pemain ganda Anthony Clark di sela-sela Djarum Indonesia Open Super Series lalu.
Sepeninggal Rexy ke Malaysia, Inggris kesulitan merebut gelar bergengsi. Seberapa besar pengaruh Rexy dalam bulutangkis Inggris?
Dia pria yang menyenangkan. Seluruh pemain memiliki hubungan yang sangat baik dengannya. Kemampuannya memotivasi para pemain adalah hal utama yang membuatnya menjadi seorang pelatih yang hebat. Didukung kemampuannya mengalanisa pertandingan, setiap pemain merasa nyaman ketika didampingi dia.
Apakah Anda termasuk orang yang merasakan sentuhan langsung Rexy?
Ya. Dia langsung memiliki kemampuan adaptasi yang sangat baik. Begitu datang, dia bisa langsung menyatu dengan kami. Semua pemain mendapatkan perlakuan yang sama, entah itu juara maupun yang baru belajar.
Kenapa kontrak Rexy di Inggris tidak diperpanjang?
Tawaran Malaysia mungkin lebih tinggi (sambil tertawa). Namun, pada saat itu memang ada sesuatu yang tidak beres dalam asosiasi bulutangkis kami (BAofE, Red).
Pada awal kedatangan Rexy, pemain-pemain Inggris kabarnya sempat alergi dengan materi yang dia berikan?
Pada awalnya kami tidak terbiasa dengan latihan keras ala Rexy. Tapi, dia bersikukuh dengan cara Indonesia tersebut. Tapi, pada akhirnya kami bisa menyesuaikan diri, dan cara itu masih kami lakukan sampai sekarang.
Anda ingin Rexy kembali lagi ke Inggris?
Itu adalah sesuatu yang luar biasa. Namun, kami tidak mau berandai-andai. Ada atau tidak ada Rexy kami harus tetap bermain bulutangkis. Kini Rexy telah sukses di Malaysia. Kami pun harus bisa meraih sukses tanpa dia. |
|
|
|
|
|
|
|
楼主 |
发表于 18-5-2007 09:05 AM
|
显示全部楼层
Rexy Mainaky, Pelatih Dengan Sentuhan Emas
读了此篇文章真的能感觉到印尼人对羽球的热忱。不像我们的教练般整天明争暗斗
Sejak melatih Malaysia pertengahan 2005 lalu, Rexy Mainaky berhasil mengantarkan pemainnya merebut empat gelar bergengsi. Hal serupa sebelumnya dia lakukan ketika menukangi Timnas Inggris. Pers Malaysia pun menyebutnya sebagai pelatih dengan sentuhan emas.
Oleh: Nanang Prianto
Sejak melatih Malaysia pertengahan 2005 lalu, Rexy Mainaky berhasil mengantarkan pemainnya merebut empat gelar bergengsi. Hal serupa sebelumnya dia lakukan ketika menukangi Timnas Inggris. Pers Malaysia pun menyebutnya sebagai pelatih dengan sentuhan emas.
Rexy Mainaky gagal mempersembahkan gelar ganda pria untuk tim Malaysia dari Indonesia Open yang berakhir pekan lalu. Namun, seluruh pujian tetap ditujukan pada pelatih asal Ternate tersebut. Rexy telah melahirkan ganda pria baru yang tangguh, Mohd Zakry Latif/ Mohd Fairuzizuan Mohd Tazari.
Zakry/ Fairuz baru sebulan yang lalu dipasangkan Rexy. Sebelumnya Zakry berpasangan dengan Gan Teik Chai. Sementara Fairuz dengan Lin Woon Fui. Rexy merombak pasangan tersebut karena kurang berprestasi.
Keputusan Rexy itu benar-benar ampuh. Zakry/ Fairuz langsung menembus final Indonesia Open. Mereka sukses menaklukkan juara bertahan gado-gado Indonesia-Amerika, Candra Wijaya/ Tony Gunawan. Setelah sempat memberikan perlawanan sengit di final, mereka akhirnya menyerah pada ganda pria No. 1 dunia asal Tiongkok, Fu Haifeng/ Cai Yun 21-17, 22-20.
''Zakry/ Fairuz sukses menapak final Indonesia Open. Meski tidak menjadi juara, sukses mereka ke final menunjukkan ganda pria Malaysia dalam jalur yang benar,'' kata Rexy.
Selama ini Rexy banyak dikenal karena sukses mengantarkan Koo Kien Keat/ Tan Boon Heong. Baru dipasangkan Oktober 2006, pada Asian Games yang diselengarakan dua bulan berikutnya, mereka berhasil merebut emas. Berikutnya mereka merebut Malaysia Super Series, All England Super Series, serta Swiss Super Series. Perdana Menteri Malaysia, Abdullah Badawi, pun sampai memberikan ucapan selamat langsung.
Namun, Rexy tidak mau terlalu mengistimewakan pasangan yang melambungkan namanya tersebut. Ketika mereka mulai berulah dengan menunjukkan sikap sombong, Rexy tidak segan untuk mengancam mencekal mereka. Lahirnya Zakry/ Fairuz adalah salah satu bukti bahwa Rexy bakal terus bersinar tanpa harus selalu mengandalkan Koo/ Tan.
Sukses karena Ilmu Christian
Sebagai pemain yang dibesarkan oleh PB PBSI, Rexy tidak pernah lupa akan pelatih-pelatihnya di markas pelatnas di Cipayung. Metode latihan seperti di pelatnas dia bawa ketika melatih di Malaysia maupun Inggris sebelumnya. Dia tidak segan untuk turun langsung ke lapangan untuk membetulkan teknik para pemainnya.
''Sebenarnya tidak ada yang istimewa dalam teknik kepelatihan saya. Seluruhnya mengadopsi apa yang diberikan guru saya dulu, Koh Chris (Christian Hadinata, Red),'' papar Rexy.
Pemahaman akan pentingnya regenerasi juga dipelajari Rexy dari Christian. Karena itu, dia tidak ragu untuk menjatuhkan sanksi kepada Koo/ Tan ketika mereka mulai badung.
Kondisi tersebut kini tidak bisa dilakukan Christian di pelatnas. Kalau dulu pelatnas memiliki banyak stok pada masing-masing nomor, kini hanya dua atau bahkan satu yang bisa diandalkan. Itulah yang membuat prestasi pelatnas jeblok. Ketegasan seorang pelatih pelatnas terhadap pemain yang indisipliner, sering mentah karena tidak didukung para pengurus.
Untuk merangsang pemain muda memiliki kepercayaan diri mengejar seniornya, Rexy senantiasa memberikan perlakuan yang sama pada semua pemain. Terkadang dia memilih pemain muda untuk memimpin pemanasan. Ketika seorang pemain senior terlambat datang, pemain muda tadi bisa menghukum seniornya. ''Rexy pelatih yang bagus. Kami bisa menjadi juara All England tidak lepas dari kedisiplinan yang dia tegakkan,'' puji Koo.
Keteguhan hati seorang Rexy dalam menjalankan apa yang diyakininya benar, menjadi kunci lain suksesnya sebagai pelatih. Ketika baru menginjakkan kaki di Inggris metode latihannya dianggap menyengsarakan pemain. ''Kalau mau menggunakan tenaga saya mereka juga harus mengikuti cara saya. Lambat laun mereka bisa menerima dan semuanya berjalan dengan baik,'' tutur Rexy mengisahkan awal karirnya di Inggris.
Seperti halnya Christian, Rexy pun hanya mencurahkan semua fokus karirnya untuk bulutangkis. ''Saya tidak bisa berbisnis. Yang saya bisa hanya bermain bulutangkis,'' ujar Rexy.
Kini Rexy mendapatkan tawaran dari Ketua Umum PB PBSI untuk melatih pelatnas yang telah dia tinggalkan sejak akhir 2000 lalu. Kebetulan kontraknya dengan BAM (Asosiasi Bulu Tangkis Malaysia) akan berakhir 31 Mei nanti. Sutiyoso berharap sentuhan midas Rexy bisa mendongkrak prestasi Indonesia di Piala Sudirman Juni nanti.
Jawaban belum diberikan Rexy. Yang pasti, sentuhan midasnya akan sulit dilakukan di pelatnas karena kondisi yang dia dapatkan di Malaysia akan sulit dia dapatkan. Apalagi, Malaysia kini ditempatkan dalam unggulan yang lebih baik dibandingkan Indonesia. Setelah meletakkan pondasi di Malaysia, kini adalah saat panen bagi Rexy. ''Ketika menjadi pemain Rexy adalah pemain yang temperamental dan penuh semangat. Kini dia telah menjadi pelatih yang matang. Semoga dia terus sukses,'' pesan sang guru Christian.
PROFIL REXY
Nama: Rexy Ronald Mainaky
Panggilan: Eky
Lahir: Ternate, 9 Maret 1968
Tinggi: 173 cm
Berat: 70 kg
Istri: Henny Saijati
Anak: Gabriel Mainaky (9), Christian Mainaky (8)
Prestasi Pemain
1995: Juara Dunia
1996: Emas Olimpiade
1994: Juara Piala Thomas
1996: Juara Piala Thomas
1998: Juara Piala Thomas
2000: Piala Thomas
Karir Pelatih
Inggris: 2001-2005 (perak Olimpiade 2004, juara All England tahun 2005)
Malaysia: 2005-hingga sekarang (emas Asian Games 2006, juara ganda pria All England Super Series 2007, juara ganda pria Malaysia Super Series 2007, juara ganda pria Swiss Super Series 2007) |
|
|
|
|
|
|
|
楼主 |
发表于 18-5-2007 09:08 AM
|
显示全部楼层
Mainaky家族对印尼羽坛的贡献
现在才懂马列夫是Rexy的弟弟
Sukses Rexy menjadi pelatih di Inggris dan Malaysia, hanya salah satu penggalan sukses keluarga Mainaky di dunia kepelatihan bulutangkis. Empat saudara kandung Rexy lainnya juga sukses menjadi pelatih olahraga tepok bulu. Mereka adalah Richard, Riony, Marleve, dan Karel Mainaky.
Di Indonesia Open lalu, Richard dan Marleve membela pelatnas PB PBSI. Richard mampu meloloskan Nova Widianto/ Lilyana Natsir menembus final. Sementara Marleve yang menjadi asisten Hendrawan di nomor tunggal pria dan wanita, menjadi duet pelatih dengan anak didik paling banyak.
Riony kini menjadi pelatih klub asal Banten, Ratih. Meski prestasinya kurang mendunia, dia berhasil mengantarkan Ratih melaju ke final Superliga Badminton Juni nanti. Dari klub yang sebelumnya kurang diperhitungkan, Ratih kini menjadi salah satu klub yang disegani. Sementara, Karel melatih di salah satu klub besar di Jepang.
''Sebelumnya kami tidak pernah membayangkan menjadi pelatih bulutangkis. Sejak kecil kami memang sudah diarahkan berlatih bulutangkis, kemudian menjadi pemain nasional, dan akhirnya menjadi pelatih. Semuanya berjalan seperti air yang mengalir,'' kata Richard.
Kecintaan keluarga Mainaky pada bulutangkis dimulai dari sang ayah, Yance Rudolf Mainaky (almarhum). Dulu dia adalah pemain bulutangkis kenamaan di Maluku. Rexy adalah anak keempat dari tujuh bersaudara. Marinus yang merupakan anak pertama kini menjadi pendeta di Maluku. Sementara anak keenam, Valentina, bekerja swasta.
Tiga bersaudara Mainaky di Indonesia Open menghadirkan cerita tersendiri. Ketika Marleve sedang mendampingi Tommy Sugiarto menghadapi Peter Gade (Denmark), Rexy kelihatan tegang menyaksikan perjuangan tunggal pria masa depan pelatnas tersebut. Rexy pun sempat memberikan masukan pada Marleve dari kejauhan. Namun, keunggulan pengalaman dan skill Peter Gade pada akhirnya tetap tidak mampu dirobohkan dengan semangat Tommy.
Meski membela negara yang berbeda, Rexy tidak berhadapan dengan pemain yang dilatih saudaranya. Hal itu disebabkan nomor yang mereka latih berbeda. Rexy ganda pria, sementara Richard ganda campuran, dan Marleve tunggal pria dan wanita.
Namun, ke depan hal itu sangat bisa terjadi. Rexy kini telah melatih ganda campuran junior Malaysia. Beberapa bulan ke depan ketika mereka matang, bisa jadi mereka akan menjadi ganda kuat yang bisa menjadi pesaing Nova Widianto/ Lilyana Natsir atau pun Flandy Limpele/ Vita Marissa.(ang/indopos.co.id) |
|
|
|
|
|
|
|
楼主 |
发表于 18-5-2007 09:26 AM
|
显示全部楼层
一则Rexy的采访
REXY Mainaky has been on the lips of every Malaysian since men’s doubles Koo Kien Keat-Tan Boon Heong burst onto the badminton scene. Nobody denies that Rexy has played an instrumental role in the pair’s development but, as Timesport’s K.M. BOOPATHY finds out, there is much, much more to the deeply religious 1996 Atlanta Olympic gold medallist.
TIMESPORT: Who is your biggest inspiration in life?
REXY: My parents. My father (Rudolph Mainaky) was an all-rounder but his passion was badminton. My favourite sport used to be football but it was my father who diverted my focus to badminton and I owe my success to him.
My mother Venna is the person who taught me a lot. What are the good things we should follow, the bad things we should avoid and most importantly, she thought us the importance of being God-loving human beings. She always stressed we are not perfect but praying to God improves the virtues of a person. I also read a lot about the success stories of individuals and from which I gained inspiration.
Q: You were a charismatic and aggressive character on court and are equally the same as a coach. Are these characteristics the secret of your success?
A: I was aggressive and shouted a lot while playing to motivate myself. It also reduced pressure and worked as a psychological ploy to battle opponents. It helped me come out of a lot of difficult situations and near defeats. I am always involved emotionally when my players are on court and I have inculcated the same attitude in my players.
Sometimes, the players have to be fired up on court and this means expressing themselves without crossing the limits. A player who looks arrogant or too aggressive on court is not a big problem but he should not be like that off court. Humility and being humble outside the court is the only way a player can become better.
Q: Your training sessions begin and end with a prayer. How much do you think religion helped you to become better — as a player and now as a coach?
A: We can have all the talent and work hard but there is something beyond us that decides many things. Worshipping God is the way I grew up and religion has taught me not to be arrogant.
The results were coming last year but I did not lose faith. I’ve always believed that God will answer my prayers and it has happened. Religion also made me very disciplined as a player and I was able to overcome many obstacles with (partner Ricky Subagja).
I am a Christian and Ricky a Muslim but faith in our respective religions gave us the extra strength. There were times we struggled in major finals. Ricky would be saying Bismillah when serving while I would be praying in my own way and it always helped. This is why I encourage all my players to spend a moment on prayer in their own way and based on their religious beliefs. When nothing works, faith in God is the final solution.
Q: What is your favourite past time? What would you do on Sundays?
A: When I was a player, my favourite past time was to have a game of football with my friends. Now it is all about spending time with my wife (Henny Mainaky) and my children Geraldine (nine) and Indonesia’s Christian Rudolph (eight). On Sundays, I’ll go to church with my family which gives me more opportunity to spend quality time with them and also to meet a lot of friends. After that, I normally take my family to shopping malls, movies or relax with them at home.
Henny is a good cook and a good meal on Sundays is also something I look forward to. I also make use of the time to find ways to improve my players. I try to visualise the plans of my rival coaches in order to keep ahead. I think along the lines of what would I do if I were Denmark’s coach and what would my strategy be if I were China’s coach? It is normally hard to get completely away from badminton.
Q: What is a perfect day for you?
A: Everyday is a perfect day for me. My routine is almost the same where I conduct training, return home, and have dinner with my family. Add it with time to attend church and time to catch a movie. That’s enough to make it a perfect day.
However, a one-off perfect day I’m waiting for is the men’s doubles final of the Olympics where my players end up winning the gold. Nothing can beat that.
Q: Former internationals normally consider a coaching role in their country but England was your choice. What made you accept an offer in a country where the culture and tradition is in stark contrast to Asian lifestyle?
A: The offer I received from England was good and at the same time my children got the opportunity to get overseas education. I also wanted new experiences and a different kind of challenge in Europe. It was not because of the country’s (Indonesia) economical and political situation. My experience in England has made me a better coach where I’m able to understand the culture and characteristics of both worlds.
Q: What actually brought you to Malaysian shores?
A: I actually decided to accept a long term contract with England but a meeting with Yap Kim Hock (national chief coach) during the 2005 All England changed everything. I requested for two weeks to make a decision and it was Henny’s call once again. It was a coincidence that Henny and her friend were treated badly by some young English boys and she felt very hurt by their remarks about us being Asians. When I spoke to her about the offer from Malaysia, she agreed.
The other factor is England were having an aging squad while Malaysia have a lot of young players with potential. Therein lay the chance to prove myself further as a top coach and I accepted the challenge.
Q: Who was your idol as a player and who would you like to emulate as a coach?
A: My favourite players are China’s Yang Yang and Christian Hadinata. Many would be surprised to hear Yang Yang’s name but I started as a singles player. Christian is probably our best doubles player ever and as a coach, nobody can match him until today. That’s the reason why I want to emulate him as a coach. If possible, to be better than him.
Christian moulded Ricky and me into a world class pair and there were many others who attained fame. As a player, Christian was a great tactician, calm on court, never panicked and destroyed the opposition with little trouble. He pioneered the modern game and we were lucky to have him during our career.
Q: What prompted you to create the combination of Kien Keat-Boon Heong and how much more do you think they can achieve in their careers?
A: I had seen Kien Keat in action (before coming to Malaysia) and even England players like Nathan Robertson and Anthony Clark said he had a lot of potential.
I had not seen much of Boon Heong when I arrived as he was away for some junior tournaments. When I saw him in training, I realised that he was the ideal partner for Kien Keat and felt the duo could go far. I tried them out for the first time in the Japan Open and their performance (they lost in the final) encouraged me to play them in the Asian Games and the rest is history.
The good thing is they are just starting and they can win many more honours. The sky is the limit for them. As long as they stay level headed and don’t allow distractions such as money and fame to cloud their young minds, they are capable of winning major events, with the Olympics gold their ultimate target.
Q: What is your biggest achievement thus far as a coach?
A: My biggest achievement is probably guiding Kien Keat-Boon Heong from World No 119 to World No 10 after just five Super Series and grand prix tournaments. This needs consistency and it is actually a bigger achievement compared to the Asian Games gold and the All England title. My first success was probably guiding three Malaysian pairs into the semi-finals of the 2006 All England and this was followed by the decision to form the Kien Keat-Boon Heong partnership.
Q: What are your future plans?
A: I would rather not think about that just yet but coaching is expected to be my long term profession. As of now, I will be with the Malaysian team until the Beijing Olympics and will only think about my future plans after that.
Q: Do you expect a better contract (when the present one expires in June)?
A: We have achieved some good results and I will also be taking charge of the mixed doubles. It is natural to expect a better contract but this is not for me to decide. It is not good if I request a salary which my employer is not comfortable with.
Both sides must be happy with the new contract and I leave this matter to my employer, (the BA of Malaysia) to decide.(nst.com.my) |
|
|
|
|
|
|
|
发表于 18-5-2007 09:38 AM
|
显示全部楼层
原帖由 伤心的王子 于 23-4-2007 09:31 AM 发表
当然咯。。
现在国家队的多对年经男双都还不是他的对手呢。。。
李钟的防守很强下的!!!! |
|
|
|
|
|
|
|
发表于 18-5-2007 09:39 AM
|
显示全部楼层
原帖由 eddygry 于 15-5-2007 06:22 PM 发表
半斤八两。。。
给老黄去打更好!!!!! |
|
|
|
|
|
|
|
楼主 |
发表于 18-5-2007 09:40 AM
|
显示全部楼层
回复 #235 来自亚庇的成 的帖子
就只差在体力和不稳定。这2点就够他们受了 |
|
|
|
|
|
|
|
发表于 18-5-2007 09:42 AM
|
显示全部楼层
原帖由 2007 于 18-5-2007 09:40 AM 发表
就只差在体力和不稳定。这2点就够他们受了
看他们打会放心点的...... |
|
|
|
|
|
|
|
楼主 |
发表于 18-5-2007 09:44 AM
|
显示全部楼层
回复 #238 来自亚庇的成 的帖子
在新加坡打我只在第1场放心过,接着是一波又一波的惊骇 |
|
|
|
|
|
|
|
发表于 18-5-2007 03:54 PM
|
显示全部楼层
看了2007的报导很想哭。
那么多遍文章,没几遍是我看得懂的。
现在回去考upsr都不懂能不能及格。 |
|
|
|
|
|
|
| |
本周最热论坛帖子
|